Umroh dan Haji Jambi di bimbing khusus oleh Ustadz Dr. Nur Habibullah Norman Kardi,M.Pd.I



PENGALAMAN UMROH PENUH HIKMAH 2011 - 2020
Oleh :
Ustadz Dr. Nur Habibullah Norman Kardi, M.Pd.I


Perjalanan Ibadah umroh adalah bukan sekedar jalan-jalan biasa. Umroh adalah perjalanan ibadah dengan syarat dan rukun yang telah di tentukan dalam rangka memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Siapa sih yang tidak ingin ke Baitullah  tentu setiap kita mendambakan sampai ke Baitullah untuk melaksanakan haji maupun umroh. Saat ini, pilihan sederhana untuk sampai ke baitullah adalah melalui umroh. Hal ini dikarenakan daftar tunggu haji yang sudah mencapai 26 tahun, tentu hal ini menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji.
 









                                                                             
Mereka yang mampu bisa melaksanakan umroh berkali-kali setiap tahun bahkan mereka banyak melakukan berbagai cara agar bisa umroh atau haji dengan cara menjual perhiasan, kendaraan, kebun, rumah dan yang berharga lainnya, namun mereka yang tidak mampu tetapi punya keinginan kuat untuk ke Baitullah, mereka terkadang berhutang, dan menggunakan dana talangan agar bisa beribadah kebaitullah.
Pada tahun 2011 adalah awal dari pengalaman berharga penulis saat pertama kali menjalankan ibadah umroh ke Baitullah hingga sampai saat tulisan ini di buat di tahun 2020, penulis saat ini juga aktif dalam membimbing jamaah untuk melaksankan ibadah umroh ke Baitullah.
Pengalaman berharga ini ketika melihat semangat orang tua penulis yang bernama Drs. H. Norman Kardi untuk memikirkan anak nya sampai ke Baitullah dengan berbagai ikhtiarnya. Saat pertama kali penulis berangkat melaksanakan ibadah umroh, saat itu penulis bukan  sekedar jamaah biasa, tetapi langsung diberi amanah untuk langsung ikut serta mendampingi orang tua yang saat  itu sebagai pembimbing ibadah haji dan umroh. Tentu hal ini adalah pebelajaran yang sangat berharga yang diberikan orang tua kepada sang anak.
Dari sini lah pengalaman awal penulis kala itu mengamati setiap proses perjalanan ibadah yang dijalankan saat itu. Dari setiap perjalanan di jadikan pengalaman untuk terus memberikan yang terbaik kepada seluruh jamaah yang akan melaksanakan ibadah umroh. Dari pengalaman ibadah yang dijalankan, banyak hikmah dan ilmu yang bisa dijadikan pembelajaran.
Pertama,  Umroh ibadah yang luar biasa pahalanya, bahkan antara umroh satu ke umroh lainnya adalah penggur dosa. Banyak dalil yang mengambarkan pahala dari melaksanakan ibadah di baitullah. Apalagi bila kita shalat di masjidil haram yang pahalanya seperti 100.000 kali lipat dari shalat di masjid-masjid biasa kecuali di masjid Nabawi madinah pahalanya seperti 1000 kali lipat di masjid biasa. Tentu semangat ibadah ini menjadi luar biasa untuk mendorong masyarakat untuk melaksanakan ibadah ke baitullah baik haji maupun umroh.
Bila dihitung dengan biaya yang dikeluarkan ketika mendaftarkan umroh, ternyata rasanya tidak sebanding dengan balasan yang Allah berikan kepada hambanya yang menunaikan ibadah umroh. Semua dosa berguguran dengan ibadah yang dilaksanakan selama disana dan pulang kekampung halaman dengan hati yang bersih dan hati yang bertaubat kepada Allah SWT.
Kedua, “sering jalan – jalan keluar negeri tetapi belum sampai ke Baitullah !” pernyataan ini adalah catatan penuh hikmat yang penulis ambil dari rekam perjalanan penulis yang mengamati kondisi masyarakat yang hendak menunaikan ibadah umroh. Begitu banyak yang bangga berselfie dan bangga bisa keliling dunia, jalan kemana-mana, memamerkan keindahan di luar sana. Mereka sibuk menabung untuk melakukan perjalanan wisata biasa, tetapii mereka merasa berat untuk ke Baitullah. Tetapi  sesungguhnya perjalaanan yang paling indah adalah perjalanan menuju ke baitullah, karena disanalah mendatangkan pahala dan mengahpuskan dosa.
Ketiga, ”Allah memanggil mereka yang rindu, mau dan yakin”. Begitu banyak yang mengatakan ingin umroh tetapi tidak mampu, namun sesungguhnya Allah menjadkan mereka para tamu Allah adalah orang-orang yang memiliki kemauan, memiliki kerinduan dan yakin kepada Allah sang pemberi rezeki. Banyak pengalaman penulis mendapat kisah dari para jamaahnya yang berangkat kebaitullah dengan cara yang tidak disangka-sangka. Ada jamaah yang sekedar mengikuti jalan sehat dan mendapatkan hadiah umroh, ada yang mengikuti kegiatan pemerintah buka puasa bersama dengan diadakan juga doorprize dan mendapatkan undian umroh juga, ada yang penjaga masjid di umrohkan tetangganya, dan banyak imam dan tokoh yang di umrohkan oleh pemerintah yang bagi mereka tidak menyangka bisa di umrohkan sampai ke baitullah.
Yang lebih luar biasa adalah rezeki dalam keluarga. Ada orang tua tak mampu ke baitullah terkendala biaya, tetapi Allah beri rezeki melaui anak-anaknya. Anaknya banyak berjuang mengusahakan agar orang tuanya sampai ke baitullah. Begitujuga sebaliknya, ketika orang tua punya rezeki, banyak diantara mereka tidak ragu mengeluarkan hartanya untuk memberangkatkan anaknya ke Baitullah, karena sesunggunya dana yang di keluarkan ketika mendaftarkan diri untuk ibadah umroh maupun ibadah lainnya, maka sesungguhnya Allah telah siapkan ganti yang jauh lebih banyak dan berkah.
Keempat, “mabrur sebelum umroh”, Kalimat ini penulis tulis karena memang selama ini kita banyak mendengar bahwa sepulang umroh yang diharapkan adalah umrohnya mabrur, namun sesunggunya ibadah ke baitullah itu adalah ibadah hati, dikatakn seseorang mabrur umrohnya adalah bila ia lebih baik dari sebelumnya, baik ibadahnya, baik prilakunya di keseharian dan baik secara umumnya, dan istiqomah menjalankan kebaika setelah melaksanakan ibada umroh ke baitullah, namun sesungguhnya agar ibadah selama di baitullah itu tidak sia-sia, maka semua yang seharusnya mabrur setelah umroh telah diterapkan sebelum berangkat menuju ke baitullah, artinya setiap jamaah yang akan umroh sudah memperbaiki diri terlebih dahulu, bertaubat, slalu ibadah tepat waktu, rajin ke masjid, membaca Al-Qur’an, bersedekah, menolong sesama, dan lainnya. Semua ini haruslah dilakukan di awal sebelum berangkat menunaikan ibadah umroh.
Kelima, “sabar, iklhas, syukur”, kalimat ini adalah motto dalam diri penulis yang harus ada dalam membimbing jamaah menuju ke Baitullah. Hal ini sangat penting, terutama dalam ibadah umroh ini, sabar menjadi hal yang utama, setiap perjalanan manusia punya rencana, tetapi Allah yang menentukan, ketika kita menemukan ada sesuatu yang bagi kita kurang pas, maka kuatkan sabar kita, sabar menyelesaikan administrasi umroh seperti pembuatan paspor, sabar menunggu keberangkatan, sabar ketika di bandara, sabar ketika ibadah di sana, dan lain sebagainya. Tentu sabar saja tidak cukup, perlulah juga diiringi dengan ikhlas, ikhlas berarti tidak mengahapkan apapun dari setiap yang kita lakukan, ikhlas dengan yang Allah berikan, dan semua ini pula harus di dukung dengan yang namnya syukur, maka ketiga kat itu sangat menentukan kenyamanan ibadah kita selam di baitullah. Bila kita menemukan ada yang tidak sesuai dengan hati kita, gunakan sabar, ikhlas, dan syukur, maka kekurangan itu akan hilang dengan sendirinya, karena besarnya rasa syukur kita kepad Allah SWT.
Keenam, “tolonglah orang lain, maka Allah akan menolong kita”. Penulis juga dalam hal ini slalu berbagi pegalaman kepada semua jamaah bahwa ibadah yang kita lakukan akan sia-sia selama di sana ketika kita mengetahui ada di sekitar kita membutuhkan pertolongan tetapi kita sengaja membiarkantidak ingin menolong saudara kita lainnya. Pengalaman spritual penulis sangat luar biasa karena, memang benar bukti yang Allah tunjukkan bahwa ketika kita menolong orang lain, maka Allah banyak turunkan pertolongan kepada kita. Berusaha sekuat tenaga buka menunggu orang minta pertolongan tetapi terlebih dahulu kita yang menawarkan diri kepada orang lain untuk di tolong.
Ketujuh, “jaga lisan, pikiran dan hati”. Ada yang takut untuk umroh dikarenakan berpikir takut mendapatkan balasan selama di baitullah dari apa yang dilakukan semasa hidup di dunia. Tetapi bila kita sesungguhnya sebelumberangkat telah mabrur, maka kita berangkat dalam keadaan bertaubat kepada Allah SWT. Selama di Baitullah yang terpenting adalah kita menjaga lisan, pikiran dan hati kita, karena pengalaman ini banyak terjadi juga di jamaah yang pernah penulis bimbing saat itu.
Berpikir positif itulah yang namanya kita berprasangka baik, sebagai contoh pengalaman dilapangan, bila kita merasa makan disana tidak enak, maka hati dan pikiran mengubahnya menjadi tidak enak,  bila hotel dekat kita katakan jauh maka akan menjadi jauh sekali.
Kedelapan, “membimbing sepenuh hati”, ketika kita diberi amanah, maka jalankanlah amanah itu dengan sebaik-baiknya. Ketika dimanahkan menjadi pembimbing ibadah maka yang harus dilakukan adalah membimbing sepenuh hati tanpa membedakan kedudukan dan jabatan, penulis selama menjadi pembimbing slalu berusaha memberikan bimbingan terbaik kepada setiap jamaah, karena kepuasan jamaah adalah prioritas, berusaha slalu ada untuk jamaah. Jamaah yang pernah dibimbing oleh penulis, mulai dari orang biasa, sampai para pejabat, dari anak-anak sampai lanjut usia telah di bimbing oleh penulis kala itu, sehingga hal ini banyak menjadi pengalaman bagi penulis selama melaksanakan amanah menjalankan bimbingan di baitullah. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga pembimbing harus memahami setiap perbedaan itu sehingga kepuasan jamaah akan benar-benar teras dan menjadi pengalaman berharga bagi setiap jamaah yang menunaikan ibadah ke Baitullah.
Kesembilan, “umrohlah sekeluarga”, tentu ini adalah kebahagian tersendiri bila kita bisa umroh sekeluarga. Dikalangan jamaah banyak diantara mereka yang memiliki rezeki lebih, mereka umroh sekeluarga besar mereka. Penulis sendiri menulis di point ini karena pengalaman yang pernah dijalankan selama melaksanakan ibadah umroh bersama keluarga yang terdiri dari istri dan anak. Dan yang lebih bahagianya lagi adalah, begitu banyak para pembimbing ibadah umroh yang slalu berangkat setiap tahun bahkan setiap bulan tetapi belum pernah menyempatkan umroh sekeluarga besar mereka. Rasa syukur ini kepada Allah SWT karena telah memberikan nikmat yang luar biasa ini.  Semua tentu dengan kemauan kuat untuk membawa keluarga ke Baitullah.
Kesepulih, “luaskan niat”, bukan sekedar niat, tetapi niat kita perlu diluaskan kembali agar memanving rezeki yang akan memudahkan jalan kita ke Baitullah. Pengalaman religius ini benar adanya yang penulis rasakan, niat biasa dengan meluaskan niat ternyata berbeda. Maksudnya adalah kita berniat ke Baitullah tetapi niat kita luaskan, kita berniat mengumrohkan keluarga, orang tua, guru, orang susah, para imam dan lainya, dengan catatan jika Allah beri rezeki yang berlebih. Begitu juga sebagai pesyiar baitullah sedikit banyak penulis ada mendapatkan sebagian rezeki dari membimbing jamaah umroh, dan hasilnya itu sudah di niatkan untuk zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Sehingga dengan sistem meluaskan niat memang benar-benar rezeki terus Allah buka dan mudahkan dalam mendapatkannya.
Kesebelas, “Jadilah tamu yang baik, maka Allah akan berikan yang terbaik”. Pergi ke baitullah berarti kita menjadi tamu Allah. Ibarat seperti sama ketika kita menjadi tuan rumah dan kedatangan tamu, hati tuan rumah akan sangat bahagia kekita tamu yang datang sangat sopan, dan setiap yang dilakukan menyejukkan hati dan pandangan. Begitulah juga dengan Allah, apabila kita ingin disenangi oleh Allah, maka jadilah tamu yang baik di hadapan Allah dengan memperbanyak ibadah kepada Allah swt.
Keduabelas, “hadirlah walimatussafar, bertitip salam kepada Raasulullah dan  titiplah doa.”. acara walimatussafar bagi sebagian orang adalah acara biasa hanya doa selamat orang akan melaksanakan ibadah ke Baitullah. Tetapi pengalaman pribadi dan beberapa jamaah yang pernah bercerita dengan penulis, ternyata menghadiri orang walimatussafar adalah hal yang luar biasa, karena bisa jadi keberkahan ada pada saat itu, dan bisa jadi ketika kita menghadiri walimatussafar, suatu saat Allah kabulkan kita yang melaksanakan walimatussafar untuk keberangkatan kita, dan ini banyak menjadi pengalaman mereka yang pernah berangkat ke baitullah. Begitulah juga kita bertitip salam kepada junjungan Allah, manusia yang paling mulia yakni baginda Rasulullah SAW, karena pada hakikatnya jamaah yang berangkat umroh akan menziarahi makam Rasulullah SAW dan di saat itupula kita bertitip doa agar kita di sampaikan juga untuk melaksanakan haji maupun umroh. Dan tentu setiap jamaah telah mendapat bekal bimbingan untuk berdoa di tempat yang makbul, dan disitulah bisa jadi melalaui perantara saudara kita yang akan berngkat umroh tadi menjadikan doa kita di kabulkan Allah SWT.
Ketigabelas, “jangan membebankan keluarga yang akan berangkat dengan pesanan bermacam-macam”. Tidak dapat dipungkiri setiap jamaah yang akan berangkat ke Baitullah slalu di pesankan oleh keluarga dan tetangga berkaitan dengan oleh-oleh yang akan di bawa pulang nantinya. Perlu kita ketahui, bahwa setiap jamaah yang akan melaksanakan ibadah umroh adalah tujuan nya ibadah. Semua yang berkaitan dengan dunia untuk di kurangi, karena lebih di sarankan mengingat akhirat. Namun ketidakpahaman kita ketika melihat orang yang akan berangkat ke baitullah seakan mereka hanya jalan-jalan biasa sehingga dengan nyamn kita bertitip uang dan minta oleh-oleh kepada yang mau berangkat umroh. Tetapi ketahuilah sesungguhnya semua itu janganlah sampai terjadi karena akan membebankan jamaah yang akan berangkat. Kita yang tinggal ikhlas dan doakan saja, oleh-oleh-oleh biarkan jamaah sendiri yang berangkat memikirkannya, karena terkadang jamaah kesulitan mencari titipan saudaranya, kesulitan membawa oleh-olehnya, dan tentunya menggangu ibadah jamaah yang seharusnya mereka fokus ibadah tetapi di sibukkan dengan mencari pesanan yang di titip oleh keluarga dan saudara lainnya. Untuk itu marilah kita  tidak membebankan jamaah yang akan berangkat dengan jangan banyak pesanan kepada jamaah yang akan berangkat kecuali salam dandoa yang kita minta oleh jamaah yang berangkat tersebut.
Keempatbelas, “mengntar umroh sepertii mengantarkan orang meninggal” perjalanan umroh umumnya ada yang 9 hari dan ada juga yang 12 hari. Namun dalam waktu yang singkat tidak ada yang bisa  menjamin semua yang berangkat umroh akan kembali ke kampung halamannya. Maka ketika seseorang berangkat umroh ibarat seperti mengantarkan orang yang meninggal yang kita tidak tau apakah masih akan pulang ataukah tidak, tentu semunya itu adalah kehendak Allah. Pengalaman penulis membimbing jamaah mulai dari jamaah yang meninggal di sana, sampai ada sesama rekan pembimbing meninggal disana, dan ada yang meninggal karena sakit serta ada yang meninggal dadakan saja. Artinya Allah telah merencanakan itu. Terkadang ada yang berpikir ingin meninggal di sana, tetapi Allah tidak berikan itu, tetapi terkadag ada orang yang baru taubat yang Allah kehendaki istimewa mereka meninggal disana. Bila meninggal di sana maka akan di kebumikan di sana, di shalatkan di masjidil haram maupun masjid nabawi dan tidak di bawa ke Indonesia. Maka saat itulah kita menyadari pertemua di bandara bisa jadi pertemuan terakhir antara keluarga dan jamaah yang akan melaksanakn ibadh umroh ke Batullah.
Kelimabelas, “dampingi orangtuamu yang lansia dan sakit untuk umroh”. Pengalaman luar biasa ini penulis dapatkan  dalam proses bimbingan jamaah umroh ke baitullah. Suatu kebanggan bisa mengumrohkan orang tua, dan itulah yang pernah dilakukan  oleh penulis kepada orang tuanya. Namun pengalaman juga datang ketika penulis mebimbing wanita lansia dan orang tua yang sakit tidak bisa berjalan. Pembimbingan khusus sudah dilakukan kepada lansia namun tetap saja tidak sesempurna mereka yang sehat, karena dalam membimbing yang lansia, penulis harus menutamakan jamaah yang banyak terlebih dahulu untuk mendapatkan pembimbingan secara maksimal, setelah semua selesai ibadah dan lansia yang usia lanjut ini barulah di bawa ibadah secara maksimal dan individu, karena bila di gabungkan dengan yang lain  di khawatirkan jamaah menjadi tidak nyaman, namun tentu berbeda mereka yang sudah siap lansia dan dengan pendampingan khusus, d saudi ada jas mendampingi lansia, namuntetaplah pendamping yang paling utama adalah anaknya sendiri yang kuat sehingga setiap kegiatan yang dilakukan jamaah lain bisa serentak bersama juga dengan jamaah lansia atau jamaah yang menggunakan kursi roda. Lansia tadi juga aakan merasa lebih nyaman dengan lebih mendapatkan perhatian khusus dari pendampingnya. Setelah pengamalan mendampingi lansia ini didapati penulis, saat ini penulis tidak menganjurkan orang tua yang lansia sulit ibadah sendiri di biarkan berangkatbumroh sendiri, tetapi dampingilah mereka dari pihak keluarga agar ibadh mereka lebih maksimal lagi.
Keenambelas, “Saudi adalah negara berkah karena mengedepankan shalat”. Siapa yang tak kenal dengan negara Saudi Arabia sebagai tempat tujuan utama untuk melaksanakan ibadah umroh, pemandangan yang luar biasa adalah negeri ini kekayaan alamnya tidak sebanyak kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, tetapi kenapa telihat lebih makmur, lebih jaya dan lebih nyaman. Semua itu terlihat karena mereka mengedepankan shalat mereka. Dimana bila hendak waktu shakat tiba sema sudah siap-siap ke masjid an mendirikan shalat. Toko-toko tutup, semua aktivitas di tunda untuk mendirikan shalat. Dan ini menjadi bukti nyata keberkahan ada di negara ini karena mengedepankan shalat. Semoga kita semua pun termotivasi untuk kita dan keluarga bila ingin mendapatkan kenyamanan dalam hidup, maka utamakanlah shalat, perbaiki shalat kita maka Allah akan perbaiki hidup kita.
Ketujuhbelas, “salah paham tentang umroh, takut di suruh jadi imam dan  mimpin doa setelah selesai umroh”. Pandangan ini sering sekali terdengar di masyarakat. Padahal sesungguhnya kita menunaikan ibadah umroh itu adalah untuk ibadah dan membersihkan hati. Adda yang tidak berani umroh karena takut akan hal itu, tentu kita harus meluruskannya, bahwa ibadah umroh ke baitullah bukan menghabiskan uang kita tetapi mendatang rezeki yang baru bagi kita,  umroh bukan mendatangkan dosa tetapi penggugur dosa dan menjadi pahala bagi kita, selesai umroh tugas kita adalah berusaha istiqomah memperbaiki diri dan slalu beramal kebaikan kepada sesama.
Kedelapan belas, “mengapa saya baru umroh ?” kenapa tidak dari dahulu. Banyak penyesalan dari jamaah yang menunaikan ibadah umroh ketika usia mereka semakin tua baru umroh. Hal ini sering penulis temukan dari jamaah, mereka baru merasakan nikmatnya ibadah di Baitullah sehingga mereka baru sadar kenapa sudah tua baru ingin ke Baitullah, bahkan mereka ada yang merasa yakni bila tau kenikmatan ibadah umroh ini, dari muda sudah berangkat. Artinya ada hikmah tersembunyi bagi kita yakni, bila Allah beri rezeki kepada kita, maka tidak perlu menunggu tua baru ingin ke Baitullah, tetapi dari muda inilah pikirkan bagaimana bisa ke Baitullah.
Kesembilanbelas, ”Jangan sia-siakan waktu yang ada”, saat ini kita tidak bisa banyak berkata, keinginan besar dan semangat  kita ke Baitullah tertahan karena kita tidak di izinkan ke Baitullah saat ini. Wabah Covid-19 atau virus corona yang melanda saat ini membuat berbagai negara tidak bisa sementara waktu ke Baitullah sampai waktu yang belum di tentukan. Tentu mulai saat ini kita harus memantapkan lagi tekad kuat kita untuk ke baitullah yakni dengan niatan, bila virus corona ini berakhir dan pelaksanaan umroh di buka kembali, mari kita korbankan harta kita untuk kita sempatkan beribadah di tempat sebaik-baiknya tempat yakni tanah haram makkah al mukarromah dan madinah al muawarah.
Semoga pengalaman yang penuh hikmah sejak 2011 hingga 2020 ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita dan memotivasi kita semakin semangat untuk bisa beribadah di baitullah baik haji maupun umroh. Semoga Allah berikan keberkahan dari setiap yang kita lakukan.


Anda Ingin perjalanan Ibadah Anda nikmat, nyaman, khusyuk dan di bimbing oleh pembimbing berpengalaman silahkan ikut gabung umroh atau haji bersama beliau ustadz Dr. Nur Habibullah Norman Kardi, M.Pd.I. 

Informasi Pendaftaran :
Umroh dan Haji Jambi bersama beliau 0852 9192 9344

Dapatkan harga spesial ketika Anda langsung mendaftarkan diri dan keluarga anda bersama beliau. 

semoga Kita semua di beri kemudahan menuju ke Baitullah...

Wassalamu'alaikum Wr.Wb



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silabus Mata Kuliah Tafsir Ayat Tarbawi I

silabus mata kuliah l Qur'an Hadist

SILABUS MATA KULIAH METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN